Cari Blog Ini

15 Oktober 2010

Success Story of a Frog

Sekedar mengutip dari secondary source yang saya pikir tidak ada salahnya kalau ada ibrah yang bisa diambil.

Sukses merupakan kata pemicu semangat n penambah energy bagi setiap orang yang ingin meraihnya. Tentunya untuk sukses tidak semudah kita memainkan mata. Ada proses panjang di dalamnya. Simaklah kisah sukses ala katak di bawah ini.


Pada suatu hari ada sekumpulan katak-katak kecil yang berlomba. Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi.

Penonton berkumpul mengelilingi seputar menara untuk menyaksikan perlombaan dan sekaligus memberikan semangat kepada para peserta.

Perlombaanpun dimulai. Secara jujur: Tak satupun penonton benar-benar percaya bahwa katak-katak kecil akan bisa berhasil mencapai puncak menara.

Terdengar ada yang berkata: “Oh, jalannya terlalu susahhhh..!!! Mereka tidak akan bisa sampai ke puncak.” Atau: “Tidak ada kesempatan untuk berhasil… Menaranya terlalu tinggi…!!!

Katak-katak kecil mulai berjatuhan satu persatu…kecuali mereka yang tetap bersemangat menaiki menara perlahan-lahan semakin tinggi…dan semakin tinggi…

Penonton terus bersorak: “Terlalu susah…!!! Tak seekorpun yang akan berhasil…!!! Lebih banyak lagi katak kecil yang lelah dan menyerah…

Tapi ada SATU yang tetap melangkah hingga semakin tinggi dan tinggi… Dia tak kenal menyerah kalah…!!!

Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara. Kecuali seekor KATAK kecil yang begitu berusaha keras dan menjadi satu-satunya yang berhasil sampai ke puncak.

Semua katak kecil yang lain ingin mengetahui bagaimana KATAK ini bisa melakukannya..?? Seekor peserta bertanya bagaimana cara KATAK yang berhasil itu mempunyai kekuatan untuk mencapai tujuan?? Ternyata KATAK yang menjadi pemenang itu TULI.

Nasehat dari cerita ini adalah: Jangan sekali-kali mendengar kata orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif atau pesimis. Karena mereka akan mengambil sebagahagian besar mimpi kita dan menjauhkannya dari kita.

Selalulah ingat kata-kata bertuah: “Karena segala sesuatu yang kita dengar dan kita baca akan mempengaruhi perilaku kita.” Karena itu selalu tetap positive! Dan yang terpenting: Bersikap TULI jika ada orang mengatakan bahwa kita tidak bisa mencapai cita-cita kita! Selalu berpikir: I can do this!

Selamat mencoba dan lihat apa yang terjadi.

Sumber sekunder : http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/16/sukses-ala-katak/-12

12 Oktober 2010

Killing the Time

Kalimat diatas sungguh 'kejam'. Kenapa kejam? karena Tuhan sudah menciptakan 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Tapi masih ada saja orang-orang yang mencoba membuang-buang waktu (red: membunuh waktu) agar waktu cepat bergulir. Benar gak ya membunuh waktu itu kejam? silahkan beropini masing-masing. Yang pasti orang-orang akan killing the time saat tidak ada yang bisa dilakukan, bingung mau melakukan apa atau menghindari sesuatu/seseorang. Selayaknya, waktu yang kosong tetap dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dengan hal yang positif, namun penulis ingin bertanya, bila anda berada di suatu tempat, dimana hanya ada diri anda sendiri tanpa ada benda/obyek lain (just your body and soul :)) apa yang akan dilakukan? tentunya apa yang dilakukan orang bisa berbeda-beda, tidur kah? bernyanyi kah? berteriak atau apa?

Membunuh waktu kadang kala memang terjadi pada diri kita, kadang kita mencoba membuang-buang waktu kita selama 5 menit, 30 menit, 1 jam bahkan 1 hari atau lebih. Tapi bagi sebagian orang malah memohon-mohon untuk diberikan waktu lebih dari 24 jam untuk dapat menyelesaikan semua kegiatan dan aktivitasnya yang super sibuk. Benar kah Tuhan telah tepat menciptakan 24 jam waktu dalam sehari? sebagai orang yang beragama tentunya sangat tidak dipungkiri bahwa Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik buat makhluknya.

Sekarang kembali ke diri kita masing-masing bagaimana kita bisa mengelola waktu kita dengan baik, menyeimbangkan kehidupan kita dengan waktu yang tersedia dan tidak ada kata membunuh waktu bagi orang-orang yang selalu berfikir kreatif dan terencana. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya lebih bijaksana dibanding mencoba menyesali karena tidak ada yang bisa dikerjakan.
Bagaimana dengan anda?

*me bukan menganggap blogging membunuh waktu tapi coba memanfaatkan waktu dengan menulis dan berbagi, barangkali ada yang bisa diambil manfaatnya, mungkin ... :)


Whenever you do a thing, act if all the world were watching - Thomas Jefferson -

11 Oktober 2010

Performance Appraisal (Part-2, Competency Aspect)


Dari tulisan saya sebelumnya, bahwa dalam melaksanakan Performance Management, praktis bagi perusahaan-perusahaan saat ini tidak hanya menempatkan output sebagai aspek yang harus dinilai, namun juga menempatkan aspek proses yaitu salah satunya kompetensi sebagai aspek lain yang juga perlu dinilai.

Secara umum, Kompetensi bisa dibagi dalam 2 jenis kompetensi yaitu hard dan soft. Beberapa perusahaan membagi lagi kompetensi soft tadi menjadi kompetensi-kompetensi yang terkait dengan nilai-nilai perusahaan, nilai strategis, bisnis, hubungan dengan SDM atau kompetensi-kompetensi yang dapat diaplikasikan dimanapun seseorang ditempatkan dalam posisi tertentu misal kemampuan analisis, kemampuan konseptual dan lain-lain. Sedangkan kompetensi hard biasanya merupakan kompetensi teknis terkait langsung dengan pekerjaan yang dilakoni karyawan pada saat ini misal kompetensi posting anggaran, kompetensi marketing survey, kompetensi operasional alat produksi dan sebagainya.

Namun dalam Performance Management jarang perusahaan menggunakan kompetensi hard atau teknis menjadi bagian dari penilaian, alasannya adalah kemampuan teknis tersebut sudah dicerminkan oleh hasil kerja yang dihasilkan. Tentunya logika tersebut dapat diterima, selain terlalu banyak kompetensi yang harus didata secara administratif dan tentunya akan menyulitkan perusahaan secara makro. Untuk itu, banyak perusahaan menggunakan hanya soft competency sebagai bagian dari aspek penilaian bahkan hanya kompetensi strategis saja yang digunakan terutama terkait dengan visi, misi dan obyektif perusahaan. Umumnya jumlah kompetensi yang digunakan tidak lebih dari 8 dan tidak kurang dari 3 kompetensi.

Penilaian dari aspek kompetensi dapat menggunakan beberapa metode rating misalnya likert scale, BARS, 360 degree dan sebagainya. Scale Likert paling banyak digunakan karena penggunaannya yang sederhana dan tetap mewakili penilaian yang menuju ke arah obyektifitas.

Kombinasi dari Performance (Kinerja) dan Competency (Kompetensi) tadi akan menghasilkan output penilaian dari Performance yang lebih lengkap sehingga memudahkan bagi management untuk memberikan perlakuan yang tepat terhadap hasil Performance Management karyawan. 

Selain dari aspek diatas, Proses yang penting untuk dilaksanakan dalam Performance Management adalah Feedback yang seringkali diabaikan dengan berbagai alasan (khusus di Indonesia). Dengan pelaksanaan Feedback, input dan komentar akan semakin melengkapi dalam mencari solusi permasalahan maupun meningkatkan performansi yang telah baik untuk menjadi lebih unggul.

Istilah 'Belt Curve' juga sering didengar tatkala proses PM telah selesai digunakan. Secara ringkas, Mekanisme penyesuaian/moderasi hasil penilaian dilakukan dalam rangka hubungannya dengan anggaran terhadap reward yang akan diberikan. That's all.

Mau diskusi lebih lanjut?

*Me as one conceptor of HR Policy in my company.
http://menupulsa.webs.com/ -- > mau jadi agen pulsa elektrik? 

09 Oktober 2010

Performance Appraisal (Menilai Kinerja) ?


Tatkala mendengar dua kata diatas, tidak lain seperti halnya kita berada dibangku sekolah dimana setiap semester (dulu zaman saya masih duduk dibangku SD masih dalam periode kuartal). kita selalu dipanggil orang tua kita masing-masing untuk mengambil hasil prestasi sekolah kita. Alhamdulillah, selama duduk dibangku sekolah, selalu ada daya kompetisi sehat yang selalu muncul dalam benak dan hasrat saya untuk selalu menjadi yang terbaik. Ya memang setiap periode tertentu, kita memang dilaporkan oleh Guru/Pengajar kita bagaimana hasil belajar, test dan prestasi kita.


Tidak beda dengan saat-saat kita di sekolah. Dalam perusahaan pun selayaknya kita sebagai karyawan diharuskan selalu memberikan yang terbaik bagi perusahaan sebagai hasil proses kerja kita yang biasa disebut KINERJA atau PERFORMANSI. Awal periode, kita diminta untuk menetapkan target kerja yang tentunya berhubungan dengan produktivitas, dan di akhir periode saatnya buat kita melaporkan apakah hasil pekerjaan kita memuaskan dan mendukung produktivitas perusahaan atau tidak. Tentunya hal ini hanya berlaku bagi perusahaan-perusahaan yang menerapkan budaya performansi sebagai akar peningkatan produktivitas, karena dengan pelaksanaan yang tepat, segala sesuatunya dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Berbeda dengan perusahaan yang mengandalkan peruntungan. Tidak ada dasar dan bahan yang akan digunakan untuk evaluasi bila terjadi kegagalan pada bisnis yang dijalankan perusahaan itu.


Menjalankan proses performance appraisal (secara lengkap disebut dengan Performance Management) tidaklah mudah seperti yang dibayangkan. Hal ini disebabkan karena penilaian bukan dilakukan hanya pada satu aspek saja atau satu obyek saja melainkan semua aspek dan unsur yang berada dalam organisasi. Aspek finansial sebagai aspek yang paling mudah dilihat untuk menunjukan apakah perusahaan kita selalu tumbuh dan berkembang atau hanya jalan ditempat saja. Pun kita tidak bisa melihat dan menilai hanya Direksi saja sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam tumbuh kembang atau menurunnya nilai perusahaan, namun semua karyawan yang ada didalamnya.


Singkat kata, penulis berkesimpulan ada 3 Proses yang penting dan sebagian besar dilaksanakan oleh perusahaan yang melaksanakan Performance Management yaitu :

1. Setting Target

2. Monitoring & Review

3. Evaluation & Appraisal


Dalam setting target, biasanya ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan historikal pertumbuhan perusahaan, kapasitas perusahaan, dan market. Penetapan target harus berdasarkan realitas kemampuan yang ada, agar menjadi motivasi tersendiri bagi seluruh karyawan untuk mencapainya. Tentunya pernah mendengar istilah S M A R T yaitu Specific (fokus), Measurable (dapat diukur), Agreeable (disetujui kedua pihak), Realistic (sesuai kondisi dan kenyataan yang ada), Time-bound (berbatas waktu), selain itu saya selalu menambahkan dengan C yaitu Continuously (terus menerus ditingkatkan).


Monitoring & Review perlu dilakukan setiap saat agar tidak ada penyimpangan yang signifikan dan pelaksanaan pekerjaan tetap berada pada jalur yang benar. Bila memang ada faktor X yang memaksa perusahaan untuk menyesuaikan, maka review menjadi alasan yang tepat untuk melaksanakannya. Monitoring & Review dapat dilakukan secara satu arah (memonitor pada ukuran-ukuran kinerja yang kemudian dilanjutkan dengan instruksi) maupun dua arah (feedback, konseling, diskusi). Kendala-kendala akan lebih mudah diantisipasi sehingga target yang telah ditetapkan tidak jauh meleset dari perkiraan.


Evaluation & Appraisal merupakan tahap akhir yang dilakukan dengan melakukan penilaian secara obyektif terhadap tugas-tugas yang berhasil maupun tugas yang tidak berhasil. Bila kinerja yang dihasilkan sesuai target terlebih jauh diatas target maka biasanya perusahaan memberikan penghargaan bagi seluruh karyawannya baik berupa materi maupun non materi. Sedangkan bila kinerja buruk, maka improvement plan bahkan sangsi akan diberikan perusahaan.


Dibalik proses kerja dan hasil kerja (kinerja), ternyata adalagi aspek yang melekat. Bagi sebagian perusahaan hal tersebut menjadi penting, namun bagi sebagian lainnya, merupakan dianggap sebagai aspek pendukung saja. Apa itu? yaitu COMPETENCY. Mengenai kompetensi akan dibahas pada tulisan berikutnya ...


*Me as one concept designer of HR Policy di perusahaan saya