Cari Blog Ini

15 Juli 2009

Personal Space

Di pagi yang cerah kali ini kita akan berbicara mengenai bahasa yang cukup unik (mungkin dimata para pembaca). Setelah berjalan sekitar 30 menit dari rumah menuju kantor, terlintas dalam fikiran saya untuk menulis mengenai Personal Space. Bukan apa-apa, karena entah mengapa saya selalu teringat dengan istilah ini saat kuliah dulu, paling tidak saya mendapatkan nilai A karena menulis sebuah ulasan terkait dengan beberapa fenomena yang terjadi saat itu dan kaitannya dengan Dinamika Kelompok (salah satu mata kuliah yang dosen nya paling ‘gaul’)
Personal Space secara definitif berarti ‘Ruang Pribadi” artinya kurang lebih sebagai berikut, bahwa seseorang atau individu memiliki ruang atas diri dan kehidupannya. Personal Space masing-masing orang berbeda-beda, ada yang sebesar lapangan sepak bola senayan (wuihh besarnya…) dan ada pula yang hanya seluas rumah saya yang cuma ukuran 2×3 m atau bahkan lebih sempit lagi.

Mungkin sebagian orang sudah sering mendengar kata ‘Extrovert’ dan ‘Introvert’. Kira-kira kata itulah yang menggambarkan atau penjelmaan dari Personal Space. Si A bisa dengan mudahnya akrab dengan orang lain walaupun baru saja ia kenal dan bercerita apapun dengan lawan bicaranya. Lain halnya dengan si B yang ‘keep silent’ walau sudah dipancing-pancing untuk bicara. Saya bisa dengan mudah bercerita apa saja dengan teman-teman yang sudah saya kenal, namun jangan harap saya bisa berdiskusi dengan orang yang baru saja temui di suatu tempat. Mungkin anda sebaliknya. Dan hal tersebut wajar-wajar saja.

Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa Personal Space dari seseorang atau individu bisa saja berubah, kadang menyempit dan kadang juga meluas, sesuai kenyamanan lingkungan disekitarnya menurut kacamata individu. Lalu siapa yang bisa membuat luas dan sempitnya Personal Space seseorang? Ya benar, menurut saya hanya individu itu sendiri. Walaupun lingkungan baik orang maupun kondisi telah membuat nyaman seseorang, bisa jadi seseorang atau individu tersebut tetap seperti ‘katak dalam termpurung’, tetap tidak nyaman dan tetap tidak mau membuka diri atau melebarkan Personal Space-nya. Sah-sah saja, karena itu adalah hak individu.

Namun memang sebaiknya seseorang dapat menempatkan dirinya dan Personal Space-nya dari situasi dan kondisi yang tepat, jangan sampai menutup diri rapat-rapat sehingga dapat merugikan diri sendiri, tapi jangan pula membuka diri selebar-lebarnya, karena sudah tidak ada ruang privacy buat individu itu sendiri. Bukan kah kita masih membutuhkan ruang privacy untuk kita sendiri?

Sekali lagi tergantung dari diri kita…. Personal Space is Private room for us and might be open/close to someone, anyone or one condition.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar